Analisa Pasar Persaingan CDMA Di indonesia

Selasa, 19 Oktober 2010
Istilah pasar banyak diartikan secara beda sesuai dengan sudut pandang penglihatan. Disini, kebutuhan dan keinginan konsumen mengawali kehadiran produk yang dapat memenuhinya. Hal tersebut, terungkap melalui jembatan penyebrangan motivasi dan kemampuan membeli yang dimiliki konsumen. Akan tetapi, tidak diingkari kondisinya bervariasi yang tercengkram perubahan. Kegenerikan produk, jenis produk, tingkatan produk, dan persaingan merek memberikan pertolongan kita untuk menentukan pasar. Pasar yang ditentukan dengan cara demikian, tergores garis batas jelas tujuan, keberadaan alternatif, serta daya lenting terhadap aksi dobrakan perubahan.

Layanan telekomunikasi berbasis teknologi code division multiple access (CDMA) kini telah menjadi alternatif bagi pengguna telepon seluler, pasca penggunaan GSM (global system for mobile communication) yang sudah lebih dulu meramaikan pasar seluler. Saat ini di Indonesia terdapat 6 operator yang menggunakan CDMA yakni Telkom (Flexi), Indosat (StarOne), Bakrie Telecom (Esia), Mobile-8 Telecom (Fren dan Hepi), Smart Telecom (Smart) dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria).

Menurut data CDMA Development Group (CDG), jumlah pengguna telepon CDMA di Indonesia hingga akhir kuartal pertama 2008 mencapai 16,3 juta pelanggan. Dan sampai saat ini pun penggunanya makin bertambah. Tiap taun mencapai dua kali lipatnya. Dengan angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling besar pertumbuhan pelanggan CDMA-nya di Asia Tenggara.

Nah, di antara ketujuh produk simcard CDMA (yakni Flexi, Esia, StarOne, Fren, Hepi, Smart dan Ceria) manakah yang paling tinggi tingkat penetrasinya? Berdasarkan hasil riset MARS Indonesia yang dimuat dalam “Indonesian Consumer Profile 2008” Flexi dan Esia bersaing ketat menjadi simcard CDMA, baik prabayar maupun pascabayar, yang paling banyak dimiliki pengguna ponsel di Jakarta dan Surabaya. Baru kemudian menyusul Fren, StarOne, Smart, dan lain-lain.

Untuk prabayar, Esia mengungguli Flexi (Trendy) di Jakarta dengan porsi 47,3% berbanding 40,8%. Sedangkan Flexi berjaya di Surabaya dengan porsi cukup meyakinkan 83,1%, disusul Fren 12,4%. Kejayaan Flexi di Surabaya cukup beralasan mengingat di situlah produk Telkom tersebut pertama kali diluncurkan. Sementara Esia tidak masuk 3 besar di kota Pahlawan tersebut.

Untuk pascabayar, Flexi (Classy) dan Esia bersaing ketat di ibu kota dengan sama-sama berbagi angka masing-masing 43,3%. Sedangkan di Surabaya dominiasi Flexi tetap tak terpatahkan, dengan perolehan 88,9%. Posisi kedua dan ketiga direbut Fren dan StarOne, keduanya berbagi angka sama masing-masing 12,0%.

Ada banyak keunggulan yang dimiliki CDMA sehingga berhasil merebut pasar pengguna ponsel dan berpotensi menggeser dominasi GSM. Pertama, tarif layanan CDMA lebih murah ketimbang GSM. Murahnya tarif itu dimungkinkan berkat jangkauan sinyal menara pemancar base transceiver station (BTS) CDMA yang lebih luas daripada GSM sehingga menara dapat dipasang dengan jarak yang lebih jauh. Kemampuan tersebut tentu saja dapat membantu menekan biaya modal karena radius yang jauh membuat operator membutuhkan lebih sedikit menara ketimbang GSM. Biaya lain yang juga bisa ditekan ialah biaya operasional.

Kedua, teknologi CDMA yang ada sekarang tak kalah dengan GSM. Fasilitas smart mail seperti yang dirilis PT Smart Telecom, contohnya, menjadi bukti kecanggihan layanan CDMA yang ada saat ini. Layanan itu mirip dengan fitur push e-mail yang biasanya disediakan operator GSM.

Ketiga, kualitas panggilan dan suara lebih jernih. Teknologi CDMA memungkinkan pelanggannya mendapatkan suara yang jernih karena teknologi tersebut dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya kebocoran.

Keempat, kelebihan lain dari CDMA terletak pula pada kemampuannya mendukung akses internet berbiaya modal rendah. Karena, jaringannya dibangun di atas protokol paket data berbasis protokol internet (IP) standar, operator tidak perlu lagi memasang perangkat tambahan. Berbeda dengan jaringan lain yang memerlukan perangkat data tambahan dan telepon data baru. Kemampuan itu lagi-lagi membantu menekan biaya modal.

Kelima, terkait dengan baterai, teknologi CDMA dapat menghemat konsumsi baterai. Semua itu mungkin berkat kehadiran power control yang bertugas memonitor jumlah tenaga pada sistem dan handset serta kemampuan ponsel melakukan transmisi pada tingkat tenaga terendah. Ponsel berbasis CDMA biasanya ringan karena baterai yang dipasang di dalamnya tidak besar.

mohon maaf apabila menggunakan nama dari merek tertentu..

Sumber : http://marsnewsletter.wordpress.com/

1 komentar:

Unknown Says:
19 Oktober 2010 pukul 09.28

Selamat tinggal GSM?
Jangan lupa kunjungi juga
blog kami di sini:
http://www.surau.net/kedaisehat.php

Posting Komentar